Siberasi.id – Muharram menandai awal tahun baru Islam. Dengan datangnya tahun baru, usia kita juga bertambah. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, penting untuk mengisi kehidupan kita dengan banyak bersyukur sebagai bentuk terima kasih kepada Allah atas segala nikmat di dunia. Selain bersyukur, kita juga perlu bertafakkur (merenung dan berpikir) mengenai apa yang telah kita lakukan selama ini. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup kita di dunia.
Teks khutbah Jumat berikut ini melansir dari laman NU Online dengan judul “Khutbah Jumat: Mengisi Usia dengan Syukur dan Tafakkur”.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat Rahimakumullah
Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa bersyukur atas anugerah nikmat yang tak mungkin bisa kita hitung satu persatu di antaranya adalah nikmat umur panjang sehingga pada detik ini kita masih bisa berjumpa dengan tahun baru Islam yakni di bulan Muharram.
Wujud syukur atas nikmat ini harus kita tancapkan dalam hati, ucapkan melalui lisan, dan wujudkan melalui tindakan agar nikmat-nikmat yang kita terima senantiasa langgeng dan ditambah terus oleh Allah swt. Kita diperintahkan untuk tidak mengufuri nikmat yang telah dianugerahkan Allah, walaupun itu kita nilai sebagai sesuatu yang kecil. Kita harus bersyukur karena banyak orang-orang di bawah kita yang sangat mengharap-harapkan nikmat itu.
Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam haditsnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم: انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اَللَّهِ عَلَيْكُمْ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya, “Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Pandanglah orang yang berada di bawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian, itu lebih patut membuat kalian tidak mengkufuri nikmat Allah.” (HR. Muttafaq alaih).
Wujud syukur ini juga bisa kita wujudkan dengan menguatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt yakni dalam bentuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Karenanya pada momentum Jumat mulia ini, mari kita kuatkan keimanan dan ketakwaan sebagai wujud ketaatan kepada Allah karena dua hal inilah yang paling sering diperintahkan Allah pada manusia dan termaktub dalam Al-Qur’an. Di antaranya tertulis dalam surat Al-Hasyr Ayat 18:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْن
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini, Khatib akan menyampaikan materi yang mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa mewarnai umur yang terus berjalan ini dengan bersyukur dan tafakkur. Kita perlu sadar, bahwa bertambahnya umur atau usia bukan hanya soal angka. Bertambahnya umur juga harus menjadi momentum untuk merenung dan bersyukur atas segala hal yang telah kita alami dan capai. Dua hal yang penting kita lakukan untuk mewarnai umur kita agar bisa terus lebih baik adalah dengan syukur dan tafakkur.
Terlebih di akhir tahun dan awal tahun baru, merenung dan berfikir menjadi aktivitas yang penting untuk dapat memberikan makna yang lebih dalam pada bertambahnya umur kita. Tafakkur menjadi waktu untuk berhenti sejenak dan memikirkan perjalanan hidup yang telah kita tempuh, tantangan yang telah kita hadapi, dan pelajaran yang telah kita ambil. Dalam tafakkur, kita mengingat kembali masa lalu, mengevaluasi masa kini, dan merencanakan masa depan.
Rasulullah saw bersabda dalam hadits riwayat Al-Hakim:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).”
Dengan tafakkur kita menghargai setiap momen perjalanan hidup dan mengambil hikmahnya. Dengan tafakkur kita bisa melihat sejauh mana kita telah berkembang sebagai individu dalam berbagai hal seperti perkembangan emosional, mental, spiritual, dan juga perkembangan kesejahteraan kita. Tafakkur memberikan kesempatan kita untuk merencanakan masa depan dengan lebih bijaksana dengan memahami apa yang telah terjadi di masa lalu dan apa yang kita inginkan di masa depan.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Setelah kita tafakkur pada nikmat Allah, maka rasa syukur akan semakin bertambah dalam diri kita. Bersyukur ini bukan dalam artian dalam lisan seperti mengucapkan kalimat ‘Alhamdulillah’ saja. Namun syukur yang diharapkan adalah syukur yang semakin menyadarkan diri kita bahwa Allah merupakan kekuatan paling besar dalam kehidupan kita. Imam Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin mengatakan bahwa yang diharapkan dari syukur adalah menggunakan nikmat dari Allah dalam menyempurnakan hikmah untuk apa nikmat itu diciptakan, yaitu ketaatan dalam arti luas kepada Allah.
Imam Al-Ghazali pun menjelaskan bahwa syukur tersusun dari tiga hal. Pertama adalah ilmu yakni dengan menyadari bahwa kenikmatan yang diterima kita ini semata-mata dari Allah swt. Kedua adalah hal atau keadaan dengan menyatakan kegembiraan karena memperoleh kenikmatan. Ketiga adalah amal yakni menunaikan sesuatu yang sudah pasti menjadi tujuan serta dari yang memberi kenikmatan.
Syukur yang senantiasa tumbuh dalam hati akan menjadikan segala sesuatu terasa ringan dan menyenangkan karena syukur adalah sarana meraih kebahagiaan. Dengan syukur, hati dan pikiran akan bersih dari beban, tidak terasa diberatkan akan hal-hal yang tidak semestinya kita pikirkan. Syukur akan menumbuhkan sifat qanaah dan menjadi hamba yang taat.
Rasulullah saw bersabda dalam hadits riwayat Ibnu Majah:
كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ
Artinya: “Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Demikian pentingnya tafakkur dan syukur atas nikmat umur yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Semoga, pada momentum tahun baru hijriah kali ini, kita dapat melakukan perenungan dan berfikir untuk menguatkan rasa syukur kita. Semoga nikmat-nikmat yang kita syukuri ini akan senantiasa ditambah oleh Allah swt. Amin.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Penulis: Ustadz H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung