Close Menu
Siberasi
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Tentang Kami
    • Pedoman Media Siber
    • Redaksi
    • Beriklan
    Facebook Instagram YouTube
    SiberasiSiberasi
    • Berita
      • Daerah
      • Cirebon
      • Nasional
    • Kolom
    • Politik
      • Umum
      • Griya Sawala
    • Video
    • Sibersastra
    Siberasi
    Home»Berita»Endog Lewo, Camilan Khas Garut Resmi Jadi Warisan Budaya Tak Benda
    Berita

    Endog Lewo, Camilan Khas Garut Resmi Jadi Warisan Budaya Tak Benda

    adminBy adminRabu, 19 Maret 2025
    WhatsApp Facebook Twitter Telegram
    Endog Lewo, Camilan Khas Garut Resmi Jadi Warisan Budaya Tak Benda
    Proses Produksi Endog Legowo. Foto: Humas Pemkab Garut
    Share
    Facebook WhatsApp Twitter Telegram

    Siberasi.id – Garut kembali mencatat sejarah dengan ditetapkannya Industri Kecil Menengah (IKM) Endog Lewo di Kecamatan Malangbong sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Januari lalu. Keputusan ini semakin memperkuat posisi Endog Lewo sebagai salah satu ikon kuliner khas daerah.

    Kabar gembira ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Garut, Ridwan Effendi, saat mengunjungi sentra produksi Endog Lewo di Kampung Panyindangan, Kecamatan Malangbong, Selasa (18/3/2025).

    Dalam kesempatan tersebut, ia mengungkapkan bahwa pengakuan ini merupakan langkah penting dalam melestarikan kekayaan kuliner tradisional yang telah ada sejak tahun 1960-an.

    “Masyarakat Garut patut berbangga karena Endog Lewo kini diakui sebagai bagian dari warisan budaya kita. Ini merupakan bentuk apresiasi terhadap kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi,” ujar Ridwan Effendi.

    Endog Lewo, camilan berbahan dasar singkong yang berbentuk bulat kecil, dulunya dikenal dengan nama “emplod.”

    Namun, demi mempermudah branding dan pemasaran di luar Garut, namanya diubah menjadi Endog Lewo, yang dalam bahasa Sunda berarti telur.

    Asep Andri, generasi kedua pemilik IKM Endog Lewo Sintia Rasa, menjelaskan bahwa produksi camilan ini terus berkembang pesat.

    Dengan mengandalkan sekitar 20 tenaga kerja lokal, mereka mampu menghasilkan hingga 3 kuintal Endog Lewo per hari.

    Varian rasa yang ditawarkan juga semakin beragam, mulai dari original, pedas balado, hingga daun jeruk, menyesuaikan dengan selera konsumen.

    “Mayoritas pegawai kami adalah warga sekitar, termasuk mereka yang sudah lanjut usia. Ini menjadi bentuk pemberdayaan ekonomi yang kami bangun bersama,” ungkap Asep.

    Saat ini, Endog Lewo telah merambah berbagai daerah, seperti Bandung, Ciamis, dan tentunya Garut, dengan Ciamis menjadi salah satu pasar terbesar.

    Harganya pun cukup terjangkau, berkisar antara Rp28.000 hingga Rp30.000 per kilogram tergantung varian rasa, sementara pembelian grosir mendapatkan harga khusus.

    Namun, di balik keberhasilan ini, tantangan tetap ada. Asep berharap agar harga minyak goreng yang menjadi salah satu komponen utama dalam produksi bisa lebih stabil sehingga biaya produksi tetap terjangkau.

    Dengan ditetapkannya Endog Lewo sebagai Warisan Budaya Tak Benda, harapannya camilan khas ini semakin dikenal luas dan tetap menjadi bagian dari identitas kuliner Garut.

    Pengakuan ini bukan hanya prestasi bagi IKM, tetapi juga bagi masyarakat yang terus menjaga tradisi kuliner daerahnya.

    Endog Legowo Garut Humas Legowo Industri kecil menengah

    Berita Terkait

    Sarasehan Bulan Bung Karno: Menyatukan Gagasan Mahasiswa dan Petani

    Minggu, 22 Juni 2025

    Samsung Galaxy S25 Edge Hadir dengan Desain Ultra-Tipis dan Kamera 200MP

    Sabtu, 21 Juni 2025

    Selly Sepervisi Peningkatan Kapasitas Keluarga pada Bulan Bung Karno

    Jumat, 20 Juni 2025

    Rayakan Bulan Bung Karno, Selly Gantina Ingatkan Kader Awasi Pemerintah

    Jumat, 20 Juni 2025
    © 2025 - Siberasi.id. - PT Semesta Dua Bersaudara

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.