Siberasi.id – Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA) adalah suatu kondisi inflamasi kronis yang terjadi pada anak-anak, yang dikenal sebagai penyakit autoimun. Penyebab JIA diperkirakan berkaitan dengan interaksi kompleks antara faktor genetik non-Mendelian dan faktor lingkungan, yang menyebabkan peradangan kronis pada sendi dan jaringan lainnya.
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam website Kemenkes Yankes RI menjelaskan, di Indonesia, data mengenai morbiditas JIA masih belum tersedia.
Diagnosis JIA (Artritis Idiopatik Juvenil) cukup menantang karena tidak ada tes penunjang yang khusus, ditambah dengan variasi manifestasi klinis dan gejala yang mirip dengan kondisi penyakit lain.
Gejala klinis JIA meliputi nyeri dan kekakuan pada sendi di pagi hari yang berlangsung sekitar 15 menit, yang semakin parah setiap harinya dan saat beraktivitas. Kekakuan sendi juga terjadi setelah periode tidak aktif dalam waktu lama, diikuti dengan pembengkakan sendi yang mengakibatkan penurunan rentang gerak (ROM).
Nyeri sering kali bukan gejala utama, karena beberapa individu dapat mengalami artritis dan sinovitis meskipun tanpa merasakan nyeri. Gejala sistemik dapat menjadi tanda awal perkembangan artritis dengan karakteristik demam tinggi yang tajam (peningkatan suhu tubuh hingga 39°C atau lebih tinggi, yang terjadi setiap hari atau dua kali sehari, diikuti penurunan cepat ke suhu tubuh normal atau lebih rendah).
Meskipun pola demam ini sering kali terkait dengan JIA, tidak semua individu mengalaminya. Demam dapat muncul kapan saja, biasanya pada sore hari menjelang malam, dan menjadi subnormal pada pagi hari, disertai dengan ruam.
Ruam ini cenderung muncul dan menghilang bersamaan dengan lonjakan demam, yang disebut sebagai evanescent, berupa makula berwarna salmon-pink. Gejala sistemik bisa juga mencakup perikarditis dan efusi perikardial, pembesaran kelenjar getah bening dan/atau splenomegali.
Uveitis anterior kronis yang non-granulomatosa (iridocyclitis) sering dijumpai pula; uveitis ini muncul secara mendadak dan sering kali tanpa gejala, meskipun beberapa individu mungkin merasakan nyeri, kemerahan, sakit kepala, fotofobia, serta gangguan penglihatan seiring perkembangan penyakit.
Pengobatan Juvenile Rheumatoid Arthritis
Pengobatan yang diberikan akan difokuskan pada pengurangan pembengkakan, pereda rasa sakit, pemeliharaan gerakan sendi, dan pencegahan komplikasi. Dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengurangi peradangan serta memperlambat atau mencegah kerusakan pada sendi.
Selama proses pengobatan, anak perlu mencoba berbagai jenis obat untuk menemukan yang paling efektif dengan efek samping yang minimal. Selain itu, dokter juga akan menyarankan anak untuk melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga atau terapi fisik, guna mempertahankan kelenturan otot dan pergerakan sendi.
Aktivitas seperti berenang atau olahraga ringan lainnya yang tidak membebani sendi sangat disarankan.
- Terapi fisik yang tepat sangat penting untuk menangani berbagai jenis arthritis. Terapis fisik akan menjelaskan aktivitas dan latihan yang disarankan, yang disesuaikan dengan kondisi anak. Mereka dapat merekomendasikan latihan untuk meningkatkan fleksibilitas, mengurangi nyeri pada persendian, serta latihan lain yang membantu meningkatkan kekuatan dan daya tahan tubuh.
- Olahraga secara rutin sangat penting. Meskipun rasa sakit bisa membuat anak merasa ingin hanya duduk diam, namun melanjutkan latihan fisik secara teratur tetaplah penting. Otot harus tetap dilatih agar tetap kuat dan sehat, yang pada gilirannya mendukung serta melindungi sendi-sendi tubuh.
Perawatan untuk juvenile rheumatoid arthritis umumnya melibatkan olahraga dan penggunaan obat-obatan. Rencana perawatan disesuaikan berdasarkan jenis penyakitnya.
Sebagai contoh, anak-anak yang menderita poliartikular, yang memiliki risiko kerusakan sendi yang lebih tinggi, mungkin memerlukan perawatan yang lebih intensif. Meskipun demikian, tujuan utama pengobatan adalah untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi pembengkakan, meningkatkan kemampuan gerak, dan mencegah kerusakan sendi.
Beberapa obat yang diberikan oleh dokter untuk mengurangi gejala meliputi :
- Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (NSAID) yang digunakan untuk meredakan rasa sakit dan pembengkakan.
- Obat anti-rematik yang bekerja secara perlahan (SAARDs) untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan seiring waktu.
- Kortikosteroid yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit dan bengkak.
- Antimetabolit, yaitu terapi intensif yang bertujuan mengurangi kerusakan sendi lebih lanjut dan mempertahankan fungsi sendi.
Selain pengobatan tersebut, dokter mungkin juga akan menyarankan perawatan di rumah, seperti :
- Mandi air hangat dan tidur di tempat tidur yang nyaman untuk membantu mengurangi kekakuan pada sendi.
- Latihan peregangan dan rentang gerak yang dapat mengurangi kekakuan sendi dan meningkatkan fleksibilitas. Terapi fisik dengan dokter rehabilitasi medik juga dapat membantu hal ini.
- Anak dianjurkan untuk tetap aktif dengan mengikuti gerakan yang direkomendasikan oleh dokter rehabilitasi medik.