Siberasi.id – Dalam rangka memperingati Tahun Baru Imlek 2025, Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Cirebon bersama Yayasan Fahmina Institut, Pelita Perdamaian, dan Gusdurian Cirebon menggelar workshop bertajuk ‘Mengenal dan Memaknai Tahun Baru Imlek 2025: Menjalin Keseimbangan Manusia dan Alam Semesta’ di Klenteng Talang, Kota Cirebon, Sabtu (1/2/2025).
Acara ini bertujuan memperdalam pemahaman masyarakat mengenai makna Tahun Baru Imlek dari perspektif teologi, budaya, dan filosofi.
Ketua Umum Yayasan Fahmina, Marzuki Rais menegaskan, perayaan Imlek bukan hanya tradisi tahunan, tetapi juga bagian dari sejarah panjang masyarakat Tionghoa di Indonesia.
“Dengan mengenal sejarah dan filosofi perayaan ini, kita bisa menghilangkan prasangka dan mempererat hubungan antarbudaya,” ujarnya.
Ketua MAKIN Cirebon, Chew Kong Giok atau yang akrab disapa Pak Tedibmenambahkan, Imlek adalah momentum refleksi, penghormatan kepada leluhur, serta menjaga keseimbangan dengan alam dan Tuhan.
“Imlek bukan sekadar kembang api dan perayaan meriah. Ini adalah waktu untuk merefleksikan kehidupan, menghormati leluhur, serta menjaga keseimbangan dengan alam dan Tuhan,” jelasnya.
Makna Filosofis Perayaan Imlek
Workshop ini menghadirkan narasumber berkompeten, antara lain Uung Sendana Linggaraja sebagai Ketua MATAKIN Pusat 2014–2018, Pembaca Kitab I-Ching Sindianto Agung, Fasilitator dari Yayasan Fahmina Zaenal Abidin.
Dalam pemaparannya, Uung Sendana menjelaskan, perayaan Imlek berakar kuat pada ajaran Konghucu, yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
“Imlek bukan hanya pergantian tahun, tetapi juga perayaan keseimbangan alam yang mengajarkan kebajikan dan keseimbangan hidup,” ungkapnya.
Selain itu, para peserta diajak memahami berbagai simbol dalam perayaan Imlek, seperti warna merah yang melambangkan keberuntungan serta naga yang mencerminkan kekuatan dan perlindungan.
Filosofi Shio juga dibahas dalam sesi ini, di mana Shio bukan sekadar ramalan, tetapi lebih kepada pemahaman tentang siklus alam dan ritme kehidupan.
Imlek dan Sejarah Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Diskusi semakin menarik saat membahas perjalanan panjang masyarakat Tionghoa di Indonesia, terutama ketika perayaan Imlek sempat dilarang pada masa Orde Baru.
“Dengan dibukanya kembali ruang bagi perayaan Imlek, kita bukan hanya merayakan tradisi, tetapi juga kebebasan berekspresi dan keberagaman budaya yang menjadi kekayaan bangsa ini,” ujar Zaenal Abidin.
Sesi kedua membahas tradisi sembahyang dalam perayaan Imlek, yang disampaikan oleh Chew Kong Giok. Ia menekankan, sembahyang bukan sekadar ritual, melainkan bentuk penghormatan kepada Tuhan dan leluhur.
“Sembahyang adalah cara kita mengingat bahwa kehidupan hari ini tidak terlepas dari jasa para leluhur dan berkah Tuhan,” katanya.
Selain itu, kata Zainal, Imlek juga berkaitan dengan pergantian musim, sehingga masyarakat diajak untuk menjaga keseimbangan dengan alam. Tradisi penyajian makanan khas, seperti dodol China dan teh, mencerminkan filosofi keseimbangan Yin dan Yang dalam kehidupan sehari-hari.
Praktik Kesenian Tionghoa dan Kitab I-Ching
Pada sesi ketiga, peserta diajak untuk mempraktikkan kesenian khas Tionghoa, seperti Barongsai dan Liong. Selain itu, peserta juga mendapat kesempatan untuk berkonsultasi mengenai kehidupan melalui Kitab I-Ching atau Kitab Perubahan, yang dibacakan oleh Sindianto Agung, salah satu pengurus MAKIN Cirebon.
Workshop ini memberikan wawasan baru mengenai makna filosofis, budaya, dan spiritual dari Tahun Baru Imlek. Diskusi yang mendalam diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberagaman serta pentingnya menghormati tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun.
Sebagai penutup, Uung Sendana mengajak semua pihak untuk mempererat hubungan antaretnis dan menjadikan perayaan Imlek sebagai momentum memperkuat persaudaraan.
“Imlek mengajarkan kita tentang harmoni, keseimbangan, dan kebajikan. Jika nilai-nilai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menciptakan masyarakat yang lebih damai dan saling menghargai,” pungkasnya.
Dengan suksesnya acara ini, diharapkan pemahaman mengenai perayaan Imlek semakin luas dan dapat menjadi jembatan dalam menciptakan keharmonisan sosial serta memperkuat kebinekaan Indonesia.