Sibersi.id – Sedia Payung Sebelum Hujan, merupakan peribahasa yang sangat umum dinela oleh masyarakat Indonesia.
Peribahasa tersebut sangat dekat di telinga karena Indonesia sebagai daerah tropis hanya ada dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan.
Peribahasa tersebut, tidak hanya merujuk dalam arti yang sebenarnya tapi bisa juga berarti melakukan persiapan sebelum manusia itu dilanda masalah dalam hidupnya.
Memasuki musim hujan khususnya di Kota Cirebon dan sekitarnya, tidak ada salahnya kita mengenal sejarah payung dan mitosnya. Karena payung menjadi kebutuhan yang sangat penting di kala musim hujan tiba.
Menurut Budayawan Tinghoa Cirebon Jeremy Huang, ada pepatah Tiongkok berkata 下雨前准备好雨伞 “Xià yǔ qián zhǔnbèi hǎo yǔsǎn” artinya sedia payung sebelum hujan. Tidak hanya peribahasa, hujan juga dikaitkan dengan romantisme kehidupan.
“Ada lagu yang mengkisahkan romantisme disaat hujan rintik rintik bisa satu payung berdua dengan orang yang kita sayangi begitu indah romantis. Payung tidak hanya menjadi alat pelindung dari air hujan di lura ruangan, tetapi ada kisah romantis dibaliknya. Setiap orang memiliki kenangan atau memori yang mendalam ketika berada di bawah naungan payung,” katanya, Minggu (26/11).
Ia melanjutkan, payung digunakan di luar ruangan baik itu musim hujan atau musim panas. Dan payung biasanya digunakan dalam acara-acara sakral untuk memayungi para pejabat dan bangsawan. Keberdaan payung sendiri, ternyata sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
“Keberadaan Payung sudah Ada sejak 3500-4000 tahun yang lalu. Lu Ban yang dikenal sebagai bapak pertukangan di Tiongkok China adalah pembuat Payung pertama, tujuannya dibuat Payung untuk melindungi istri tercintanya dari hujan yang mengguyur saat menghantarkan makanan untuk Lu Ban,” terangnya.
Ia menjelaskan, awal mulanya payung terbuat dari daun pohon dan ranting palem kemudian berkembang menjadi terbuat dari kulit binatang dan kain dengan jeruji-jeruji dari semacam baja tipis mencakup mekanisme pegas. Seiring berkembangnya zaman, payung dibuat semakin menarik dan fungsional dengan warna dan model yang kekinian.
Namun, dibalik payung terkandung juga mitos di dalamnya. Payung menjadi pelindung di musim hujan maupun musim panas. Payung digunakan oleh masyarakat dari kalangan paling bawah hingga paling atas. Payung tidak boleh digunakan di sembarang tempat, kalau tidak diindahkan malapetaka akan terjadi kepada orang tersebut.
“Ada mitos tidak boleh menggunakan payung dalam ruangan karena dianggap tidak menghargai dewa matahari. Mitos ini awal mulanya berkembang di Mesir. Karena sinar matahari bermanfaat bagi kesehatan. Sinar matahari Adalah lambang rejeki kehidupan. Tidak boleh menggunakan payung dalam ruangan karena dianggap menghina dewa langit. Nasib sial akan dialami oleh orang tersebut,” pungkasnya. (red)