Siberasi.id – Dunia sepakbola Kota Cirebon tergolong terpuruk, lantaran amat minim prestasi. Atas hal itu, tokoh sepakbola Kota Cirebon, Hasanudin melontarkan kritik pedas terhadap Asosiasi Kota (Askot) PSSI Kota Cirebon.
Hasanudin bahkan mendesak agar jajaran PSSI Kota Cirebon saat ini perlu perombakan total. Ia meminta pengurus PSSI Kota Cirebon menyadari atas kegagalan karena tak mampu menorehkan prestasi.
“Jabatan ketua PSSI Kota Cirebon itu kaitannya dengan profesionalitas. Kalau tidak berprestasi, jujur saja serahkan kepada yang lain,” ungkap Hasanudin kepada sejumlah wartawan, di kediamannya Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Selasa (1/11/2022).
“November ini masa jabatannya akan habis, berdasarkan informasi dari PSSI Jawa Barat,” imbuhnya.
Menurutnya, sepakbola Kota Cirebon dalam keadaan sangat minim prestasi. Sehingga ia meminta para elit PSSI Kota Cirebon untuk sadar diri dengan tidak kembali menjabat di periode berikutnya.
“Karena prestasi tidak ada, biar orang lain saja yang mengurus dan bisa menghasilkan prestasi. Banyak yang ingin jadi ketua PSSI Kota Cirebon, tapi mereka tidak tahu mekanismenya seperti apa,” tuturnya.
Ketua SSB Bintang Rajawali itu menambahkan, antusiasme masyarakat terhadap sepakbola tak pernah surut. Setidaknya terlihat dari banyaknya anak-anak yang ikut berlatih di SSB Bintang Rajawali.
“Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Mereka berkeinginan dunia sepak bola maju. Tapi mentok di top manajemen PSSI Kota Cirebon,” katanya.
Ia menyebutkan, kegagalan PSSI Kota Cirebon di antaranya, tidak menjalankan agenda pada kalender PSSI, seperti kompetisi lokal berjenjang.
Hasanudin lantas menyebutkan, setidaknya ada lima indikator utama dalam tata kelola sepakbola. Kelimanya yakni pengelolaan pemain, perwasitan, kepelatihan, inspektur pertandingan, dan stadion.
“Ini syarat untuk menjalankan roda kompetisi. Wajib tiap kota menjalankan syarat ini. Tapi faktanya, PSIT sebagai klub bola Kota Cirebon prestasinya sangat buruk,” tuturnya.
Kegagalan PSIT menorehkan prestasi, sambung Hasanudin, salah satunya karena tidak adanya roda kompetisi antarklub lokal. Sehingga untuk mengisi komposisi pemain PSIT, tanpa memperhatikan kaderisasi pemain lokal.
“Padahal ada 11 klub yang jadi anggota Askot PSSI Kota Cirebon, yang harusnya mereka beradu dalam kompetisi lokal Kota Cirebon, dengan pendampingan pemandu bakat,” terangnya.
Kesebelas klub lokal Kota Cirebon yakni, LDII, Bina Muda Pancuran, Porlak, Bhayangkara, AFK Kota Cirebon, Klub Sunyaragi, Wanacala, Arhanudse, Persada, STIKes Mahardika, dan Api-api.
“Ini informasi dari Asprov PSSI Jawa Barat, bahwa ada 11 klub ini, mereka juga memiliki suara dan hak pilih dalam muskot,” kata pesepakbole era 80’an itu.
Ia menilai, dengan faktor kesejarahan sepakbola Kota Cirebon dan antusiasme masyarakat yang tinggi, mestinya PSIT saat ini sudah bisa berkompetsi di Liga 2 Indonesia. (jri)