CIREBON – Pemkab Cirebon harus kerja keras menurunkan angka stunting di tahun 2023 ini. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah mendorong remaja putri agar mau mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD). Sejauh ini, diketahui penyebabnya adalah dari hulu, yakni minimnya remaja yang masih duduk di bangku SMP dan SMA mengkonsumsi TTD.
Wakil Bupati Cirebon, Hj Wahyu Tjiptaningsih menyampaikan, hal tersebut merupakan salah satu kendala yang harus segera ditangani bersama. Menurut Ayu sapaan akrabnya, penyebab dari hulu tersebut harus diketahui oleh sejumlah pihak terkait untuk upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Cirebon. “Sesungguhnya kita harus tahu penyebabnya, yaitu dari hulu, di antaranya adalah pemberian TTD kepada anak-anak SMP dan SMA,” kata Ayu, kemarin.
Pasalnya, kata Ayu, fakta di lapangan ternyata 24,5 persen anak-anak di Kabupaten Cirebon tidak mau minum TTD. Karena itu, di tahun 2023 ini harus kerja keras mendorong para remaja putri mengkonsumsi TTD. “Jangan sampai keluarga lemah, ekonominya juga lemah, nanti berujung stunting anaknya,” kata Ayu.
Ia menerangkan, Pemkab Cirebon memerlukan strategi yang komprehensif dalam percepatan penurunan stunting di wilayah ini agar mencapai angka prevalensi di bawah 14% pada tahun 2024 dan mewujudkan “zero new stunting” di Jawa Barat. Bahkan, Ayu menyebut percepatan penurunan stunting menjadi salah satu kegiatan prioritas Pemkab Cirebon. Karena, hal tersebut sejalan dengan penyelenggaraan reformasi birokrasi tematik sesuai arahan pemerintah pusat. “Percepatan penurunan stunting ini saya pastikan menjadi salah satu yang prioritas. Saya sangat optimis, tahun 2024 kasus stunting di Kabupaten Cirebon turun hingga 11 persen,” tukasnya.
Ketidakpatuhan remaja putri di Kabupaten Cirebon dalam mengkonsumsi TTD terungkap usai Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, IPB University melakukan penelitian di sebagian kecamatan di Kabupaten Cirebon.
Ketua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, IPB University, Sri Anna Marliyati usai sosialisasi hasil kelitbangan di salah satu hotel di Kecamatan Kedawung mengatakan, remaja putri di Kabupaten Cirebon yang terdeteksi anemia mencapai 25,4 persen. Kondisi tersebut, tentu masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan kategori sedang. Hal itu, lantaran remaja putri di Kabupaten Cirebon masih banyak yang tidak patuh mengkonsumsi TTD. “Remaja putri di Kabupaten Cirebon masih banyak yang tidak patuh konsumsi TTD,” kata Sri Anna Marliyati.
Ia mengatakan, penelitian yang dilakukan pihaknya bertujuan untuk menganalisis dampak dari ketidakpatuhan konsumsi TTD terhadap kejadian anemia pada remaja putri di Kabupaten Cirebon. “Anemia di Kabupaten Cirebon mencapai 25,4 persen, artinya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan kategori sedang,” kata Sri Anna.
Ia meminta agar masalah anemia tidak dianggap remeh. Karena, salah satu akibatnya adalah dapat menggangu kebugaran remaja hingga tingkat kebugaran yang sangat buruk ataupun rendah. “Anemia dapat memiliki beragam gejala, dan gejala ini bisa berbeda pada setiap individu. Beberapa gejala umum yang dapat muncul pada remaja di antaranya sering merasa kelelahan ataupun lemas,” terang Sri Anna. (red)