Close Menu
Siberasi
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Tentang Kami
    • Pedoman Media Siber
    • Redaksi
    • Beriklan
    Facebook Instagram YouTube
    SiberasiSiberasi
    • Berita
      • Daerah
      • Cirebon
      • Nasional
    • Kolom
    • Politik
      • Umum
      • Griya Sawala
    • Video
    • Sibersastra
    Siberasi
    Home»Berita»Ulama Perempuan Bangkit, Cirebon Jadi Titik Awal Gerakan Nasional KUPI
    Berita

    Ulama Perempuan Bangkit, Cirebon Jadi Titik Awal Gerakan Nasional KUPI

    adminBy adminJumat, 16 Mei 2025
    WhatsApp Facebook Twitter Telegram
    Juru Bicara Media-Divisi Syiar KUPI, Faqihuddin Abdul Kodir.
    Share
    Facebook WhatsApp Twitter Telegram

    Siberasi.id – Di tengah krisis moral dan sosial yang melanda bangsa, Jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) menyelenggarakan Deklarasi Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia.

    Inisiatif itu lahir sebagai bentuk komitmen spiritual dan sosial untuk menyalakan kembali cahaya keulamaan perempuan yang berpihak pada kehidupan, keadilan, dan keselamatan semesta.

    Deklarasi perdana ini dijadwalkan berlangsung pada Ahad, 18 Mei 2025, pukul 08.00–12.00 WIB di Masjid Puser Bumi, Gunung Jati, Cirebon. Lokasi itu berada tepat di samping maqbarah Syekh Dzatul Kahfi dan berseberangan dengan kompleks ziarah Sunan Gunung Jati.

    Acara akan dihadiri jaringan ulama perempuan dari berbagai wilayah, termasuk Cirebon Raya (Kota dan Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), serta utusan dari Provinsi Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

    “Ini adalah momentum untuk memperkuat kembali warisan keulamaan perempuan yang sering kali luput dari ingatan sejarah. KUPI ingin menghadirkan kembali kontribusi para alimah dalam membentuk masyarakat yang adil dan beradab,” ujar Hj. Alissa Wahid, anggota Dewan Pertimbangan KUPI, yang dijadwalkan memberikan pidato keulamaan dalam acara tersebut.

    Rangkaian acara meliputi khataman Al-Qur’an, pembacaan sholawat, doa bersama, puisi spiritualitas, pidato keulamaan, napak tilas ke maqbarah para tokoh leluhur, pembacaan pernyataan sikap, serta penandatanganan kerja sama penguatan koperasi pesantren.

    Acara juga akan menghadirkan sejumlah tokoh nasional seperti KH. Husein Muhammad, Hj. Siti Mahmudah dari Lampung, Hj. Masriya Amva, serta Ibu Hj. Rieke Diah Pitaloka.

    Penandatanganan kerja sama praksis sosial akan dikoordinasikan oleh Ibu Nyai Hj. Masruchah, Sekretaris Majelis Musyawarah KUPI, bersama Kementerian Koperasi dan jaringan pesantren.

    Mengingat keterbatasan tempat, acara bersifat terbatas hanya untuk tamu undangan. Namun, publik dapat mengikuti secara langsung melalui siaran live streaming di kanal daring resmi KUPI.

    Lima lembaga penyangga KUPI—Fahmina, Rahima, Alimat, Gusdurian, dan Aman Indonesia—didorong untuk mengadakan nonton bareng (nobar) dan kegiatan lokal yang menghidupkan semangat deklarasi ini di wilayah masing-masing.

    “Gerakan ini bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga menggerakkan. Bulan Mei diharapkan menjadi bulan kultural tahunan: Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia,” jelas Hj. Masruchah.

    KUPI mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya pecinta ilmu dan pengabdi kemanusiaan, untuk menyelenggarakan kegiatan lokal seperti doa bersama, pembacaan puisi, diskusi, maupun aksi sosial yang menghidupkan kembali warisan ulama perempuan.

    Komunitas-komunitas, baik yang tergabung dalam jaringan KUPI maupun masyarakat umum, didorong untuk mendokumentasikan dan menarasikan nama-nama ulama perempuan di wilayahnya, seperti nyai pesantren, ustazah, guru ngaji, hingga penggerak dakwah dan pendidikan.

    Di wilayah Cirebon, beberapa tokoh perempuan seperti Syarifah Mudaim, Syarifah Fathimah al-Baghdadi, Nyai Mas Gandasari, dan Ratu Subanglarang, menjadi bukti kuat adanya jejak keulamaan perempuan yang kaya dan menginspirasi.

    Melalui upaya kolektif ini, silsilah keulamaan perempuan diharapkan kembali hadir dalam ingatan publik, memperkuat akar spiritual dan sosial umat, serta menyambung mata rantai keilmuan Islam dari generasi ke generasi.

    “Kebangkitan ulama perempuan bukan hanya milik Cirebon atau pesantren, tetapi milik bangsa. Ini adalah cahaya keadilan bagi umat, kemuliaan bagi bangsa, dan keberlanjutan bagi semesta,” tutup Alissa Wahid.

    KUPI Ulama perempuan indonesia

    Berita Terkait

    Duta Baca Cirebon Bicara Ini di Hari Buku Nasional

    Minggu, 18 Mei 2025

    Pemkab Cirebon Baru Punya Layanan 112? Wabup Jigus Bilang Begini

    Sabtu, 17 Mei 2025

    KPK Telaah Laporan Dugaan Penyalahgunaan Wewenang Sekda DKI

    Jumat, 16 Mei 2025

    Bupati Cirebon Dukung Pendirian Museum Jalur Sutra Maritim

    Kamis, 15 Mei 2025
    © 2025 - Siberasi.id. - PT Semesta Dua Bersaudara

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.