CIREBON – Ratusan masyarakat Kota Cirebon dan sekitarnya menyerbu Keraton Kanoman Cirebon demi mengikuti tradisi Tawurji. Tradisi ini rutin diselenggarakan setiap tahun pada bulan maulid, dengan uang koin menjadi pemikat.
Dalam tradisi Tawurji, sebelum uang koin dilemparkan ke kerumunan masyarakat, seluruh keluarga Keraton Kanoman, abdi dalem dan masyarakat umum menyanyikan sepenggal bait. “Ji Tawurji, tawur. Selamat dawa umur. Tawurji,”. Bait tersebut sebagai penanda akan dilemparkannya uang koin.
Ratusan masyarakat yang sudah berkumpul di depan Bangsal Jinem Keraton Kanoman Cirebon, langsung berebut koin. Tidak hanya orang dewasa, melainkan anak-anak pun rela saling dorong dan merangkak demi mendapatkan uang koin.
Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan, tradisi Tawurji adalah acara keluarga keraton bersedekah kepada masyarakat umum.
“Tradisi ini menunjukkan agar sifat manusia harus bersedekah. Kami memiliki cara sendiri, yakni melalui Tawurji,” katanya, Rabu (30/10).
Arimbi juga menjelaskan, tradisi Tawurji lahir karena karakter masyarakat yang memiliki rasa saling gotong royong. Selain itu, pada sejarahnya banyak para fakir miskin yang memohon pertolongan kepada orang yang sudah mapan sekaligus membacakan doa Tawurji.
“Masyarakat mengharapkan sedekah. Hal itu bisa bermanfaat dan berkah. Sehingga, memberikan sebagian kecil hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan,” ujar Arimbi.
Tradisi Tawurji selalu dilakukan pada Rabu terkahir bulan shafar, kata Arimbi, karena selain Tawurji, Keraton Kanoman juga menggelar tradisi Ngapem. Keluarga keraton membuat kue apem untuk dibagikan ke masyarakat.
Salah seorang warga, Iva (30) mengaku baru pertama kali ikut tradisi Tawurji. Iva rela saling dorong demi mendapatkan uang koin. “Mencari berkahnya. Karena katanya, uang koin yang dibagikan tersebut sudaj didoakan oleh sultan dan keluarganya,” kata Iva.
Iva mengakui, bukan persoalan sedikit atau banyaknya uang koin yang didapat. Karena yang utama adalah berkah tradisi Tawurji yang membuat masyarakat antusias. “Memang tradisi ini setiap tahun. Tapi baru tahun ini saya bisa ikut,” kata Iva. (Aming)