Siberasi.id – Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat periode Januari-Juli 2024 mengalami 978 bencana. Bencana tersebar di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Jumlah tersebut masih mungkin akan bertambah hingga kahir tahun 2024 mendatang.
Mayoritas bencana disebabkan cuaca ekstrem dengan jumlah 456 kejadian, kemudian tanah longsor sebanyak 340 kejadian. Sisanya meliputi banjir, kebakaran lahan, kekeringan, dan gempa bumi.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Barat, Anne Hermadianne Adnan menyatakan, tingkat kebencanaan tertinggi terjadi ada di wilayah barat Jawa Barat seperti Bogor, Sukabumi dan Bandung Barat.
Meski demikian, seluruh wilayah Jawa Barat memiliki risiko bencana. Khususnya daerah Jawa Barat bagian tengah hingga selatan, yang memiliki banyak gunung dan bukit yang rentan terhadap gempa, banjir bandang, longsor, hingga tsunami.
“Di wilayah tersebut, resiko bencana sangat tinggi karena topografinya,” ujar Anne kepada usai mengikuti Apel dan Geladi Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi di Kota Cirebon, Rabu (17/7/2024).
Untuk wilayah Pantai Utara (Pantura), kata Anne, mayoritas bencana yang terjadi adalah banjir, baik banjir lintasan, banjir rob, maupun gelombang tinggi laut. Namun tidak menutup kemungkinan wilayah Pantura juga berpotensi mengalami gempa.
“Hampir seluruh wilayah Pantura, dari ujung barat hingga timur, memiliki risiko yang sama. Ia juga menegaskan, ini hanya prediksi.” jelas Anne.
Ia juga memprediksi, musim kemarau di tahun 2024 akan lebih pendek dibandingkan tahun 2023, dengan musim hujan diperkirakan mulai bulan September.
“Ini hanya prakiraan, bisa saja berubah karena perubahan cuaca yang anomali. Namun, saat ini status darurat kekeringan di Jawa Barat belum dicabut,” tambahnya.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kota Cirebon, Andi Wibowo mengatakan, Kota Cirebon sudah memiliki mitigasi hingga penanganan tanggap bencana, termasuk sudah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang tanggap bencana.
“Selain petugas inti di BPBD Kota Cirebon, seluruh elemen masyarakat juga secara rutin diberikan pemahaman terkait penanganan bencana. Baik di tingkat RW, lembaga pendidikan tinggi, SMP/SMA hingga tingkat sekolah dasar,” paparnya.
Selain itu, kata Andi, Kota Cirebon juga sudah memilki kampung siaga bencana, terutama di titik yang kerap mengalami bencana seperti banjir. “Kita ada kampung siaga bencana, mereka sudah dilatih dan diberikan pemahaman agar tanggap saat bencana,” terangnya.