Siberasi.id – Kota Cirebon menjadi salah satu dari 65 wilayah di Indonesia yang ditunjuk sebagai lokasi percontohan pelaksanaan Sekolah Rakyat Terintegrasi, sebuah program pendidikan inklusif yang diinisiasi oleh Kementerian Sosial RI.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon, Drs H Agus Mulyadi MSi menyampaikan, pelaksanaan program ini sudah melalui tahapan evaluasi awal, baik dari aspek fisik maupun nonfisik.
“Tenaga pendidik dan kependidikan sudah tersedia, dan sarana prasarana terus dilengkapi. Peralatan mandi, seragam, hingga tempat tidur juga sudah ada. Meski ada yang masih kurang, tapi masih dalam proses penyempurnaan. Kami terus memonitor agar semua bisa segera diselesaikan,” ungkap Agus, Senin (14/7/2025), di Sekolah Rakyat Kota Cirebon.
Agus juga mengatakan, kegiatan siswa sudah mulai berjalan dengan dua rombongan belajar (rombel) untuk jenjang SD dan dua rombel untuk SMP. Hari pertama diawali dengan tes kesehatan, dan keesokan harinya dilanjutkan dengan tes kebugaran.
“Tes ini penting untuk memetakan karakteristik peserta didik yang berasal dari berbagai latar belakang. Nantinya, hasil tes ini akan menjadi catatan Dinas Kesehatan dan bahan pertimbangan sekolah dalam memberikan perhatian khusus bagi siswa yang membutuhkan,” ujarnya.
Terkait sarana prasarana, Agus menyebut, proses penyesuaian terus dilakukan, termasuk pemisahan asrama putra dan putri, serta pengaturan kamar mandi dan tempat tidur.
“Pemda Kota Cirebon memastikan memberikan dukungan penuh, termasuk penyediaan makanan harian melalui Dinas Sosial. Total saat ini terdapat 100 siswa yang terdaftar, terdiri dari 63 laki-laki dan 37 perempuan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi I Cirebon, Khaerunisa menjelaskan, sekolah ini menggunakan kurikulum fleksibel berbasis Multi Entry – Multi Exit (MEME), yang memungkinkan penyesuaian program pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakter siswa.
“Dalam tiga bulan awal akan ada masa pengenalan, sesi diagnostik, dan pendampingan. Guru-guru juga tinggal di asrama bersama siswa, dan sekolah dilengkapi dengan CCTV untuk mendukung pengawasan,” kata Khaerunisa.
Masih kata Khaerunisa, sekolah ini didukung oleh 13 tenaga pengajar, termasuk guru agama, serta tenaga kependidikan seperti bendahara, operator, juru masak, petugas kebersihan, dan wali asrama.
“Kami kaui, saat ini masih ada kekurangan sekat antara asrama putra dan putri, namun proses perbaikan tengah berlangsung,” paparnya.
Dengan konsep pendidikan yang inklusif, kata Khaerunisa, sehingga berbasis kebutuhan, dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, Sekolah Rakyat Terintegrasi di Kota Cirebon diharapkan menjadi model pendidikan alternatif yang mampu menjangkau dan membina anak-anak dari berbagai lapisan masyarakat.

