Siberasi.id – Sorak riuh dan gelak tawa mewarnai Pendopo Jinem Keraton Kanoman siang tadi, ketika Sultan Kanoman XII, Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin, bersama Patih Pangeran Raja Muhammad Qodiran, melempar koin pecahan Rp 500 dan Rp 1.000. Tradisi Tawurji, atau biasa disebut curak digelar dalam tradisi Rebo Wekasan, Rabu (20/8/2025).
Juru Bicara Kesultanan Kanoman, Hj Ratu Raja Arimbi Nurtina, membagikan pesan mendalam di balik riuh itu. Ia mengajak masyarakat untuk menyelami makna spiritual Tawurji.
“Bukan hanya soal berebut uang, tetapi memahami sedekah sebagai cara memupuk rasa syukur dan menjaga silaturahmi,” ujarnya usai kegiatan.
Ratu Arimbi mengatakan, dalam setiap lemparan koin terselip doa agar masyarakat terhindar dari musibah dan marabahaya. Tindakan sederhana ini juga disebut simbol hubungan antara keraton dan rakyat yang saling menjaga.
“Tawurji adalah representasi gotong royong dalam bentuk spiritual,” tegasnya.
Meski dikelilingi suasana penuh keriuhan, Ratu Arimbi juga menyampaikan kekhawatiran akan hilangnya nuansa khusyuk.
Ia berharap masyarakat tetap sadar bahwa ‘perebutan’ uang bukan semata buru-buru materiil, tetapi gema dari permohonan doa bersama orang tua, anak, hingga warga lanjut usia turut berdesak demi ‘barokah’.
Ratu Arimbi juga menegaskan harapannya, Tawurji bukan sekadar ritual tahunan, tetapi simbol keberlanjutan budaya, spiritual, dan kebersamaan.
“Kami mengundang generasi penerus untuk lebih menyadari nilai di balik ritual ini, bahwa kebahagiaan sesungguhnya diperoleh dari berbagi, bukan hanya menerima,” tuturnya.
Sementara itu, Pangeran Qodiran menambahkan, ritual Tawurji terhubung dengan sejarah tokoh sufi seperti Syekh Siti Jenar.
“Tawurji ini memiliki makna tawur berarti ‘menebar’ dan ji merujuk kepada ‘Haji’ atau sosok saleh,” katanya.

