Siberasi.id – Komisi II DPRD Kota Cirebon rapat kerja bersama Perumda Air Minum (PAM) Tirta Giri Nata Kota Cirebon, Kamis (9/6/2022) siang, di ruang utama Griya Sawala DPRD Kota Cirebon.
Rapat kerja Komisi II dengan PAM Tirta Giri Nata tersebut membahas dan mengevaluasi kinerja PAM Tirta Giri Nata sebagai mitra kerja. Misalnya terkait pemanfaatan reservoir yang sudah dibangun, penekanan angka kebocoran hingga kenaikan tarif.
Ketua Komisi II, Ir H Watid Sahriar MBA mengatakan, ada beberapa kendala yang dialami oleh PAM Tirta Giri Nata untuk meningkatkan pelayanan. Salah satunya adalah kondisin keuangan.
“Kendalanya di keuangan, sehingga sulit menyelesaikan ragam persoalan. Utamanya perbaikan jaringan,” ungkapnya.
Watid menyarankan agar PAM Tirta Giri Nata meminjam ke bank. Karena apabila mengharapkan penyertaan modal tidak memungkinkan. Mengingat keuangan daerah yang belum stabil.
“Angkanya kan mencapai Rp45 miliar, sedangkan penyertaan modal hanya Rp10 miliar. Jelas tidak akan selesai. Tapi kendala meminjam juga harus ada kenaikan tarif dulu agar bisa membayar cicilan,” jelasnya.
Soal kenaikan tarif, kata Watid, pihaknya sepakat ditetapkan. Tetapi bukan saat ini, karena pelayanan PAM Tirta Giri Nata masih belum maksimal. Apalagi kenaikan tarif yang direncanakan itu mencapai 67 persen.
“Sekarang lebih baik tingkatkan dulu pelayanan. Apabila tingkat kepuasan meningkat, ada kenaikan tarif tidak ada masalah. Karena dengan tarif saat ini saja tidak sedikit masyarakat yang mengeluh,” tuturnya.
Hal serupa disampaikan Anggota Komisi II DPRD, Heriyanto. Pihaknya menilai kebocoran itu ada dua jenis, yakni kebocoran pipa dan administrasi.
“Kalau kebocoran pipa itu hanya teknis dan bisa diperbaiki. Sedangkan kebocoran administrasi berarti harus ada evaluasi manajemen internal,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PAM Tirta Giri Nata, Sopyan Satari SE MM mengatakan, saat ini keberadaan reservoir sangat bermanfaat. Contohnya di wilayah Cangkol dan sekitarnya bisa ada penyambungan baru.
“Sebelumnya kami tidak berani pasang sambungan di wilayah tersebut, karena debit dan tekanan sangat kecil. Sekarang kami buka karena ada kenaikan tekanan,” jelasnya.
Sopyan juga mengaku, soal tingkat kebocoran selalu menjadi program prioritas. Pihaknya selalu menekan angka kebocoran, karena bila sudah berkurang maka bisa dinikmati oleh pelanggan.”Saat ini tingkat kebocoran masih 40 persen. Toleransinya 20 persen,” ungkap dia.
Sopyan juga menambahkan, upaya mengurangi tingkat kebocoran, pihaknya saat ini sedang memasang distrik meter air (DMA) Ada tiga titik, yakni di Perumnas Gunung, Perumnas Burung dan Majasem.
“Di ketiga titik itu kami menduga banyak kebocoran. Melalui DMA ini, kami bisa identifikasi titik kebocoran dan bisa melakukan perbaikan,” ucapnya.
Sedangkan soal tarif, Sopyan mengaku, harus mengkaji dulu melalui survei tingkat kepuasan masyarakat. “Kita kaji dulu, kepuasan dan kenaikan tarif harus berimbang,” katanya. (hrs)