Siberasi.id – Kekerasan terhadap perempuan dan anak terus menjadi isu krusial di wilayah III Cirebon. Sepanjang tahun 2024, WCC Mawar Balqis mencatat 68 kasus kekerasan, meningkat 4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam acara Panggung Kolaborasi yang digelar di Gedung Negara Kota Cirebon, Manager Program WCC Mawar Balqis, Sa’adah memaparkan data tersebut melalui laporan sementara Catatan Akhir Tahun (Catahu) 2024.
“Dari 68 kasus yang tercatat, sebagian besar merupakan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), dengan total 45 kasus atau 66% dari laporan,” ujar Sa’adah.
Jenis Kekerasan yang Paling Dominan
KDRT menjadi jenis kekerasan yang paling banyak dilaporkan, diikuti oleh kekerasan seksual dengan 17 kasus (22%). Kekerasan terhadap pekerja migran tercatat sebanyak 5 kasus, sementara kekerasan berbasis gender online mencapai 3 kasus.
Menurut Sa’adah, banyak korban yang enggan melapor karena stigma sosial dan ketergantungan ekonomi. Kasus kekerasan seksual sering kali melibatkan pelaku dari lingkungan dekat korban, seperti ayah tiri, ayah angkat, atau paman.
“Fenomena gunung es masih terlihat jelas. Banyak kasus kekerasan seksual tidak terungkap karena korban takut mengalami victim blaming,” ungkapnya.
Selain itu, WCC Mawar Balqis juga mencatat 63 kasus kekerasan psikis, 38 kasus penelantaran ekonomi, dan 11 kasus kekerasan fisik. Penelantaran ekonomi, misalnya, sering kali disebabkan oleh kecanduan judi online yang membuat pelaku mengabaikan tanggung jawab keluarga.
Upaya Pendampingan Korban
Untuk membantu para korban, WCC Mawar Balqis menyediakan layanan konseling psikologis, bantuan hukum, dan pendampingan medis. Melalui kerja sama dengan P2TP2A Kabupaten Cirebon, korban juga dapat mengakses layanan visum gratis di beberapa RSUD, termasuk Arjawinangun, Waled, dan Sidawangi.
“Kami juga menyediakan rumah aman bagi korban yang membutuhkan perlindungan sementara,” jelas Sa’adah.
Sa’adah menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor dalam menangani kekerasan berbasis gender. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan ruang aman, mengedukasi masyarakat, dan menghapus stigma terhadap korban.
Pendidikan Kesetaraan Gender
Catahu 2024 menyoroti pentingnya pendidikan kesetaraan gender dan layanan inklusif, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dengan disabilitas.
“Kami berharap adanya upaya berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan adil bagi perempuan dan anak,“ pungkas Sa’adah.
Sa’adah juga menjelaskan, data yang dipaparkan dalam catahu ini, merupakan jumlah kasus yang ditangani oleh WCC Mawar Balqis. “Mungkin di lembaga lain juga berbeda, baik kepolisian maupun lembaga lainnya,” katanya.