Siberasi.id – HIV/AIDS masih menjadi permasalahan serius di berbagai belahan dunia, termasuk di Kota Bandung.
Dalam upaya menanggulangi penyebaran dan dampak penyakit ini, pemerintah menargetkan tercapainya tujuan Three Zero pada tahun 2030, yakni zero infeksi HIV baru, zero kematian akibat AIDS, serta zero stigma dan diskriminasi.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa pencapaian target tersebut memerlukan komitmen bersama dalam menerapkan strategi STOP (Suluh, Temukan, Obati, dan Pertahankan).
Hal ini disampaikannya dalam acara Gedung Spiritual kepada Komunitas dan Penggiat HIV/AIDS yang digelar di Aula Masjid Agung Al Ukhuwah, Rabu (6/3/2025).
Menurut Farhan, strategi tersebut tidak hanya berfokus pada aspek medis tetapi juga mencakup edukasi masyarakat, deteksi dini bagi individu yang berisiko, kemudahan akses pengobatan, serta pendampingan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV).
Ia menekankan bahwa tantangan terbesar bukan hanya dalam pengobatan tetapi juga dalam menghapus stigma serta diskriminasi yang masih melekat di masyarakat.
“Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS harus dilakukan secara menyeluruh, dengan mengombinasikan perawatan medis dan penguatan mental serta spiritual,” ujar Farhan.
Ia optimis bahwa dengan kolaborasi semua pihak, baik pemerintah, tenaga medis, komunitas, dan masyarakat, tujuan Three Zero dapat terwujud sehingga Bandung menjadi kota yang lebih sehat dan inklusif.
Di kesempatan yang sama, Ketua Panitia Gedung Spiritual untuk Komunitas dan Penggiat HIV/AIDS, Maya, mengungkapkan bahwa sejak tahun 1991 hingga Januari 2025, tercatat sebanyak 9.784 kasus HIV/AIDS di Kota Bandung.
Namun, hanya 6.370 ODHIV atau sekitar 65% yang secara konsisten menjalani pengobatan.
“Data ini menunjukkan bahwa masih banyak tantangan dalam memastikan semua ODHIV mendapatkan akses pengobatan yang optimal serta dukungan sosial yang mereka butuhkan,” kata Maya.
Dengan mengusung tema “Satukan Hati, Kuatkan Diri, Bersama Tebar Cinta”, acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran bahwa penanggulangan HIV/AIDS bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan tenaga medis, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat.
“Perjalanan ini memang penuh tantangan, tetapi kita tidak pernah benar-benar sendiri. Dengan persatuan dan dukungan satu sama lain, kita bisa menciptakan perubahan yang lebih besar,” tutup Maya.