Siberasi.id – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Cirebon sudah selesai. Siswa baru sudah menjalankan tahapan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon melakukan evaluasi dan salah satu hasilnya adalah belum meratanya jumlah siswa masuk dibandingkan daya tampung di setiap sekolah.
Kepala Disdik Kota Cirebon, Kadini SSos mengakui, jumlah masuk siswa baru belum sepenuhnya merata, terutama sekolah yang letaknya berada di wilayah perbatasan Kota Cirebon dan di lingkungan komplek.
“Itu karena memang pilihan anak dan orang tua, kemudian letak sekolah juga mempengaruhi,” ujarnya, usai meninjau aktivitas sekolah di SMP Negeri 9 Kota Cirebon, Jumat (19/7/2024).
Kadini memeberi contoh SMP Negeri 18 Kota Cirebon. Lokasi minim akses transportasi di Kota Cirebon, di tengah permukiman warga dan berdekatan dengan pemakaman.
“Karena lokasinya berdekatan dengan pemakaman, sehingga mungkin mempengaruhi anak dan orang tua sehingga enggan untuk mendaftarkan anaknya di SMP Negeri 18 Kota Cirebon,” tuturnya.
Kadini mengakui, hal ini sudah terjadi setiap tahun. Ia menilai selain karena letak sekolah, belum adanya inovasi yang mampu menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMP Negeri 18 Kota Cirebon.
“Setelah melakuakn evaluasi, kami menekankan kepada sekolahnya agar membuat inovasi, salah satunya menbuat sanggar seni. Masih banyak kelas kosong, sehingga manfaatkan untuk bangun sanggar,” jelasnya.
Masih dikatakan Kadini, sekolah tingkat SMP di Kota Cirebon memiliki ciri khas masing-masing, ada yang unggul dibidang akademik, olahraga, eskul atau lainnya. Khusus untuk SMP Negeri 18 Kota Cirebon, ia menekankan agar membuat ciri khas, yakni sanggar seni.
“Mungkin kalau akademik sudah ada, sehingga bisa dengan sanggar seni. Apabila konsisten dan gratis untuk warga sekitar, memungkinkan menarik masyarakat agar mendaftarkan anaknya di SMP Negeri 18 Kota Cirebon,” ucapnya.
Selain SMP Negeri 18, Kadini juga mencontohkan SMP Negeri 9. Berlokasi di selatan Kota Cirebon tetapi memiliki keunggulan, yakni Paskibra yang sudah berkancah di tingkat nasional, sebagai sekolah penggerak serta menampung mayoritas masyarakat Argasunya.
“Tetapi peran guru dan kepala sekolah yang proaktif datang ke sekolah dasar di wilayah setempat, bertemu masyarakat dan tokoh masyarakat sehingga setiap tahun jumlah siswa masuk bisa terus meningkat,” terangnya.
Kemudian ada juga SMP Negeri 17 dan 12 Kota Cirebon. Kadini akui keduanya juga masih belum maksimal dalam hal penerimaan siswa baru. Selanjutnya ada SMP Negeri 10, 13, 14 dan 15. Empat sekolah dalam satu komplek di Kecamatan Lemahwungkuk.
“Meski satu komplek, memang cukup merata. Hanya SMP Negeri 13 yang memang belum full berdasarkan daya tampung yang tersedia. Meski demikian, guru dan kepala sekolah sudah berupaya maksimal,” paparnya.
Dengan kondisi demikian, kata Kadini, Disdik Kota Cirebon masih terus melakukan evaluasi secara komprehensif terkait PPDB tahun 2024. Terutama mengenai daya tampung penerimaan siswa baru di seluruh sekolah dan realisasi yang ada.
“Disdik mendorong agar setiap sekolah memiliki ciri khas masing-masing. Itu sebagai daya Tarik masyarakat untuk mendaftarkan anaknya, berdasarkan prestasi, kemampuan dan bakatnya,” katanya.