CIREBON – Badan Pengelola Taman Air Goa Sunyaragi (BP-TAGS) menegaskan tidak ikut campur dalam kisruh perebutan takhta di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Saat ini, kisruh yang mengemuka sejak tahun lalu itu kembali memanas, setelah Rahardjo Djali mengklaim sebagai Sultan Aloeda II yang dikukuhkan melalui prosesi jumenengan pada 18 Agustus 2021 lalu.
Rahardjo mengklaim, ia sebagai sultan yang sah, bukan Sultan XV PRA Luqman Zulkaedin yang disebutnya tak memiliki garis keturunan dari Sunan Gunung Jati. Konflik perebutan takhta sultan kini kembali memanas.
Kepala Bagian Humas BP-TAGS, Eko Ardi Nugraha mengatakan, Goa Sunyaragi merupakan aset sejarah milik warga Cirebon dan Pemerintah Indonesia. Sehingga pihaknya tidak mau ikut campur dalam konflik yang sedang terjadi di Keraton Kasepuhan.
“Goa Sunyaragi bukan milik pribadi Sultan dan keluarganya. Namun milik masyarakat Indonesia, khususnya warga Cirebon yang pengelolaannya memang disetujui oleh Keraton Kasepuhan,” kata Eko dalam siaran persnya, Kamis (19/8/2021).
Saat ini, dikatakan Eko, TAGS juga masih tertutup untuk kegiatan wisata, karena di Kota Cirebon masih dalam kondisi PPKM. Pihaknya pun tidak merasa terganggu dengan dinamika kepemimpinan di internal Keraton Kasepuhan.
“Goa Sunyaragi sudah hampir dua bulan ini tutup dan tidak menerima kunjungan. Kami akan kembali membuka, menunggu keputusan pemerintah,” kata dia. (red)