Siberasi.id – Pemerintah Kota Cirebon mengapresiasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon karena telah menyelenggarakan seminar meninjau kembali sejarah Hari Jadi Cirebon, Kamis (17/11/2022), di ruang Griya Sawala gedung DPRD Kota Cirebon.
Wakil Walikota Cirebon, Eti Herawati dalam sambutannya pada seminar tersebut menyampaikan, peringatan Hari Jadi Cirebon setiap tahun berlangsung pada 1 Muharam. Di tahun ini, pada peringatan Hari Jadi ke-653 Cirebon telah dilangsungkan secara meriah melalui berbagai kegiatan.
Namun demikian, Eti tak menampik, penetapan perhitungan Hari Jadi Cirebon pada setiap 1 Muharam sebagaimana tertuang dalam Perda Kota Cirebon Nomor 24/1996 tentang Hari Jadi Cirebon, tak lepas dari perdebatan. Terutama di kalangan para pegiat sejarah dan budaya Cirebon.
“Penetapan tanggal 1 Muharam dalam perda dianggap perlu dikaji kembali. Rujukan penetapan Hari Jadi Cirebon tersebut berdasarkan catatan-catatan yang ditulis Pangeran Sulaeman Sulendraningrat,” jelasnya.
Di sisi lain, tambah Eti, berdasarkan analisa beberapa pegiat sejarah, terdapat selisih tahun apabila naskah milik Pangeran Sulaeman Sulendraningrat dikonversi ke tahun saka, tahun hijriah dan tahun masehi.
“Oleh karena itu, saya menyambut baik atas penyelenggaraan seminar ini. Prinsipnya, Pemda Kota Cirebon berkomitmen untuk menjadikan akurasi sejarah sebagai pondasi untuk mengambil keputusan,” katanya.
Komitmen tersebut sejalan dengan misi Kota Cirebon, yaitu ‘Sehati Kita Wujudkan Cirebon sebagai Kota Kreatif Berbasis Budaya dan Sejarah’.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya mengatakan, output dari seminar ini diharapkan bisa menetapkan beberapa momentum strategis yang berkaitan dengan kesejarahan, seperti Hari Jadi Cirebon dan Kota Cirebon.
Kemudian hasil lainnya, kata Agus, hasilnya bisa menjadi bahan dalam penyusunan naskah akademik atau rujukan untuk menjadi produk regulasi.
“Ini adalah sebuah upaya kita bersama untuk mendapatkan informasi sejarah dari pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidang itu,” katanya.
Pada seminar ini bertindak sebagai pembicara, dua akademisi dari Departemen Arkeolog Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya Universitas Indonesia (UI), Prof Agus Aris Munandar dan akademisi Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Dr Mumuh Muhsin Zakaria.
Selain itu, hadir pula Sejarawan Cirebon, R Subagdja, pegiat sejarah dan budaya Cirebon serta guru sejarah dari sejumlah sekolah di Kota Cirebon. (jri)