CIREBON – Imlek di Kota Cirebon tahun ini tidak bisa dirayakan secara leluasa, seperti tahun-tahun sebelumnya. Mengingat, pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Bahkan Cap Go Meh sebagai tradisi pada acara puncak perayaan tahun baru Imlek dipastikan tidak digelar.
Tradisi yang dilangsungkan pada hari ke-15 dalam perayaan Imlek itu biasanya menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Tidak hanya bagi warga Tionghoa, melainkan masyarakat Kota Cirebon umumnya.
Maklum saja, Cap Go Meh di Vihara Dewi Welas Asih Kota Cirebon menjadi pusat perayaan bagi warga Tionghoa dari Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning). Ribuan wisatawan tidak pernah absen dari hajat besar ini.
Pengurus Vihara Dewi Welas Asih, Henry Susilo mengatakan, pihaknya sudah memutuskan untuk meniadakan tradisi Cap Go Meh. Selain karena beresiko memunculkan klaster baru Covid-19, pihaknya juga menghargai pihak-pihak lain yang terdampak pandemi.
“Dalam situasi pandemi Covid-19 seperti ini, semua merasakan dampaknya. Saudara-saudara kita sebelumnya juga tidak bisa merayakan Maulid, Natal, dan lainnya. Maka Cap Go Meh juga ditiadakan. Demi keselamatan bersama,” ungkap Henry, Jumat (12/2).
Dikatakan Henry, diaktifkan sejak 2004 silam, perayaan Cap Go Meh selalu menyedot perhatian masyarakat luas. Bahkan menjadi agenda rutin sebagai perayaan tergolong skala besar di Kota Cirebon.
“Misalkan kita memperkirakan 3.000 orang. Tapi pada kenyataannya yang hadir itu jauh lebih banyak,” kata dia.
Kendati demikian, Henry mengakui, dalam beberapa tahun terakhir ini partisipasi dari vihara-vihara di sekitar Kota Cirebon mulai menurun. Terlihat dari jumlah joli atau tandu patung dewa yang diarak dalam perayaan Cap Go Meh mengalami penurunan.
“Karena memang untuk perayaan Cap Go Meh itu perlu uang yang tidak sedikit. Tapi meskipun trennya sedang menurun, kita berusaha untuk tetap mempertahankan,” kata Henry.
Di sisi lain, dia juga menjelaskan mengenai teknis peribadatan di vihara saat pandemi. Pihaknya membuka dua pintu masuk menuju vihara. Protokol kesehatan (prokes) diterapkan secara optimal, seperti jaga jarak, pakai masker, hingga pembatasan jumlah jemaah.
“Protokol kesehatan kita terapkan sebagaimana anjuran pemerintah. Di sini total ada 18 altar, kapasitasnya bisa menampung 25 orang,” kata Henry.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Agus Mulyadi sebelumya mengimbau kepada warga yang merayakan tahun baru Imlek untuk tetap mematuhi prokes.
“Dengan tanpa mengurangi kekhusukan bagi yang merayakan, prokes sebagai upaya pencegahan Covid-19 harus tetap dipatuhi,” katanya. (red)