Siberasi.id – Akhir-akhir ini isu terkait hubungan Nahdlatul Ulama (NU) dan partai politik tertentu menjadi perbincangan hangat. Salah satunya hubungan politik NU dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Ketua Majelis Syariah PPP, KH Mustofa Aqil Sirodj menilai, kalangan NU tidak bisa hanya identik dengan parpol tertentu. Ia menegaskan, hubungan politik NU dan PPP tak bisa dilepaskan. PPP adalah parpol yang konsisten menyuarakan aspirasi kalangan nahdliyin.
“Memang partai ini tumbuh pada waktu yang berbeda. Ketika orde baru, siapa sih yang menyuarakan kiai? Siapa yang menyuarakan santri? Siapa yang menyuarakan NU? Itu PPP,” ungkap Kiai Mustofa, Minggu (14/8/2022), usai menghadiri Silaturahmi Ulama dan Musyawarah Ranting PPP se-Kota Cirebon, di Hotel Prima.
Kiai Mustofa mengakui, PPP kerap mendapatkan persepsi sebagai parpol orde baru. “Bahwa PPP partai orde baru, karena memang hidupnya di masa orde baru. Ini senjata mereka (yang ingin memisahkan PPP dari NU),” katanya.
Ia mengajak kepada masyarakat, terutama kalangan umat Islam untuk kembali menilik sejarah pembentukan PPP. “Kita kembali ke sejarah, bahwa yang membuat PPP itu siapa dan bagaimana situasinya,” ujarnya.
Kiai Mustofa lantas menyebutkan, bahwa PPP merupakan parpol paling demokratis. “Yang paling demokratis PPP dong. Di dalamnya ada NU, Muhammadiyah, dan lain sebagainya. Nah, kalau PKB kan NU saja,” tuturnya.
Menurutnya, PPP sebagai parpol yang di dalamnya terdapat berbagai kalangan akan lebih optimal dalam membangun bangsa secara bersama-sama.
“Kalau yang berhasil satu saja dan punya backround seumpama ormas A saja, maka ketika membangun negara akan diklaim bahwa ini adalah pembangunan ‘saya’, tidak akan bersama-sama,” katanya. (jri)