CIREBON – Persaingan sengit antara dua kader PPP, Tunggal Dewananto (Dewa) dan dr Doddy Ariyanto dalam perebutan kursi ketua DPC PPP Kota Cirebon dinilai akan saling melukai pada akhirnya.
Analisa itu disampaikan Demisioner sekaligus Plt Ketua DPC PPP Kota Cirebon, Kusnadi Nuried kepada Siberasi.id, Minggu (31/10/2021). Ia meyakini, baik Dewa maupun Doddy jika terpilih jadi ketua DPC PPP akan melukai satu sama lainnya.
“Siapa yang menang antara Doddy dan Dewa itu akan saling melukai pada akhirnya. Saya yakin. Kalau Dewa jadi ketua DPC PPP, ketua fraksi pasti berganti. Ini kan pertarungan Doddy dan Dewa luar biasa,” ungkap Kusnadi.
Ia menyebutkan, mulainya Dewa maupun Doddy mengaku tak ingin maju dalam pencalonan ketua DPC PPP. Peluang Kusnadi untuk melanjutkan kepemimpinannya kala itu terbuka lebar. Tapi akhirnya kedua politisi PPP yang duduk di DPRD Kota Cirebon itu menyatakan maju.
“Awalnya tidak ada yang maju Dewa dan Doddy itu. Kalau mau bicara fair, saya dengan Pak Basirun saat itu yang akan jadi. Tapi tiba-tiba mereka menyatakan maju. Semuanya persoalan syahwat, keinginan ke 2024,” tuturnya.
Kusnadi menilai, kehadiran suami Ketua DPRD Kota Cirebon Affiati, H Zaenal Muttaqin (HZM) dalam bursa calon ketua DPC PPP Kota Cirebon akan menjadi stabilitator dinamika partai ‘kakbah’. Menurutnya, HZM bertujuan mencalonkan diri sebagai walikota pada Pilwalkot Cirebon mendatang.
“Zaenal kan tidak perlu memaksakan diri, karena tujuan akhirnya maju ke pilwalkot. Tapi alangkah indahnya dia bisa memimpin partai. Jangan seperti Pak Edo (calon wakil walikota dari Partai Golkar pada Pilwalkot 2018, red) yang tidak memimpin partai, jadi repot, karena akan ketergantungan kepada orang lain,” terangnya.
Dikatakan Kusnadi, masuknya HZM dalam bursa pencalonan ketua DPC PPP Kota Cirebon atas keinginan Wakil Gubernur Jawa Barat sekaligus politisi PPP Uu Ruzhanul Ulum. Sayangnya, rapat penentuan oleh lima orang formatur pada Kamis (28/10/2021) malam di kantor DPW PPP Jawa Barat berakhir buntu.
“Deadlock karena semuanya ingin jadi ketua DPC PPP, masing-masing dr Doddy, Dewa, dan Zaenal. Kita awalnya mengedepankan musyawarah untuk mufakat, tapi karena tidak tercapai, jadi ditunda,” katanya.
Penyelesaian dari kebuntuan tersebut, sambung Kusnadi, bisa jadi diselesaikan oleh DPW PPP Jabar atau ditarik langsung ke DPP PPP. Tidak menutup kemungkinan pula ada calon alternatif ketua DPC di luar ketiga kandidat tersebut.
“Tergantung DPW. Sejak dulu DPP itu hanya menyetujui apa yang sudah diputuskan oleh DPW. Seperti yang saya alami dulu ketika muscab, diputuskan oleh ketua DPW. Mungkin nanti formatur dipanggil lagi oleh ketua DPW,” katanya. (jri)